Jumat, 17 November 2017

ANALISIS FILM L’OR BLEU


Titre: L’or Bleu, artinya emas biru. Menurut kami judul ini dipakai karena film ini menceritakan tentang berharganya sebuah air. L’or yang berarti emas. Seperti yang kita tahu, emas adalah sesuatu yang berharga dan dilindungi serta disimpan secara baik baik oleh seluruh umat manusia. Sedangkan Bleu adalah warna yang digambarkan untuk air, dimana dalam judul ini, harapannya orang orang bisa memperlakukan sebuah air seperti sebuah emas.
Scénario écrit par les élèves de CE2 de l’ecole Caroline Aigle de Mondonville.
Réalisation                             : BlueCut Production / Sam Toppan
L’année de production         : Juin 2012
Pemain                                   :
Delphine Soulerot – Guru
Yohan Roualdes - Issa
Huguette Ferial – Murid perempuan 1
Amandine Grosclaude – Murid perempuan 2
Sinopsis                                  :
            Film pendek ini bercerita tentang seorang anak laki-laki yang sedang mengamati orang yang disekelilingnya yang sedang membuang-buang air dengan sia-sia. Lalu anak laki-laki tersebut membayangkan 5 tahun kedepan bagaimana situasi di Prancis jika mengalami kekeringan karena banyak orang yang membuang air dengan percuma. Selain mengamati anak laki-laki tersebut juga membantu menghemat air dengan cara menyumbat saluran air, karena saluran air tersebut menyala terus-menerus.

Analisis Instrinsik
a.     Tema                                       : Lingkungan
Karena film pendek tersebut mencritakan tentang pemborosan air, membuang air dengan sia-sia, dan dapat di prediksikan 5tahun kedepan Prancis akan kekeringan
b.      Alur                                        : Maju dan mundur
Karena menceritakan rangkaian kejadian/peristiwa yang berlangsung secara berurutan dari awal dan kemudian ada saat dimana pemeran utama membayangkan keadaan 5 tahun kedepan lalu rangkaian cerita kembali ke waktu awal tersebut.
c.       Tokoh dan Penokohan         :
 Issa ( pemeran utama )                       : Bijak, baik, penyendiri,dan pendiam
Delphine Soulerot ( guru )                  : Tegas, dan disiplin
 Murid perempuan 1                            : Licik dan nakal
 Murid perempuan 2                            : Pasrah, sabar, tidak pendendam

d.      Latar                                      :
1.      Waktu                              : Pagi dan siang
2.      Tempat                             : Sekolah dan daerah perumahan
3.      Suasana                            : Ramai dan memprihatinkan

Nilai Apresiasi                                   :
a.       Nilai Hiburan
Film ini menarik karena dimana ada suatu kejadian yang membuat penonton tercengang atau kaget yaitu ketika 5 tahun kedepan Prancis akan mengalami kekeringan. Tapi ternyata itu hanya sebuah prediksi dari seorang anak laki-laki.
b.      Nilai Pendidikan/Moral
1.      Jangan membuang-buang air dengan sia-sia / jangan boros air
2.      Gunakan air seperlunya
3.      Jangan mengambil sesuatu yang bukan haknya
c.       Nilai Artistik
Desaign sekolah yang menyediakan permainan-permainan tradisional, seperti: sepak bola, dan lompat tali.
Kritik Film / Penilaian
            Film ini ingin menyampaikan ajakan untuk menghemat air supaya di masa depan tidak terjadi kekeringan karena krisis air. Rangkaian film tersebut ada yang hilang karena tidak dijelaskan bagaimana situasi di desa atau di perumahan ketika terjadi kekeringan, karena di film tersebut hanya menggambarkan terjadinya kekeringan di sekolah saja. Tidak ditampakkan darimana asal air, baik yang untuk diminum maupun yang ada di kran, karena digambarkan di film tersebut, lingkungan sekolah benar-benar kering, sampai tanaman-tanaman benar-benar kering. Unsur-unsur dalam film ini juga saling menyatu, baik unsur instrinsik dan ekstrinsiknya. Film ini sudah cukup menarik dan menghibur, namun sedikit membosankan karena pemeran utama jarangnya ada dialog antar pemain, sehingga penonton harus bisa menyimpulkan sendiri isi dari film tersebut. Nilai pendidikan juga ada karena memang tujuan dari film ini sendiri adalah untuk mengajak para penonton untuk menghemat air. Begitu pula nilai artistiknya juga nampak dalam film ini dengan desain sekolah yang menarik. Dari film tersebut, kita menjadi tersadar untuk menghemat air dan menggunakan air dengan seperlunya, karena bukan tidak mungkin jika di masa depan kita mengalami kekeringan karena krisis air, jika di masa sekarang kita membuang-buang air dengan percuma. Dan dari film ini pula kita dapat mengingat kembali tentang kejadian-kejadian di sekitar, bagaimana orang sering membuang-buang air dengan percuma, bahkan mungkin kita sendiri juga pernah melakukannya tanpa sadar, dan mulai timbul perasaan untuk mengubah sikap-sikap tersebut.




















UNSUR SINEMATOGRAFI



Gambar 1.1. sebuah kran air yang masih menyala tapi tidak gunakan
Pada detik 0:13 digambarkan ada sebuah kran air yang dibiarkan menyala setelah digunakan untuk menyiram tanaman. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan pada pagi hari, namun seharusnya setelah melakukan menyiram tanaman kran air dimatikan. Membiarkannya tetap menyala membuat pemborosan pada air. Teknik framing yang digunakan yaitu teknik Medium Close Up.



Gambar 1.2 seorang anak yang berdiri diatas genangan air
Pada detik 00:26 dimunculkan seorang anak laki – laki yang akan berangkat ke sekolah tetapi ditengah jalan langkahnya terhenti karena dia tidak sengaja menginjak genangan air yang disebabkan oleh air kran yang tidak dipakai tadi. Sepatu hitam yang dikenakannya itu belum sampai basah dan teknik sinematografi yang digunakan pada adegan ini menggunakan teknik Close Up.





Gambar 1.3 seorang anak yang mengikat selang air

Pasa detik 0:52 digambarkan anak laki – laki yang mengenakan pakaian olahraga berwarna putih dan celana pendek berwarna putih yang akan berangkat ke sekolah. Ketika dia melihat air sampai tercecer di jalan raya, tanpa berpikir panjang dia langsung mengeluarkan tali yang ada di dalam tasnya dan mengikat kran air supaya air nya berhenti. Dalam adegan ini menggunakan teknik framing Close Up.







Gambar 1.4 seorang anak yang meninggalkan wastafle dengan kran yang masih menyala
Pada menit 1:58 di tampilkan segerombolan anak perempuan yang sedang berada di kamar mandi, setelah menggunakan wastafle mereka malah meninggalkan air nya tetap menyala. Adegan ini diambil dengan menggunjakan teknik framing Medium Shot.






Gambar 1.5 Segerombolan anak laki – laki yang bermain air pada wastafle
Pada menit 2:04 di tampilkan segorombolan anak laki – laki yang bermain air di wastafle. Hal ini sebaiknya jangan sering dilakukan karena dapat membuat krisis air di kemudian hari. Teknik framing yang digunakan pada scene ini adalah Full Shot.







Gambar 1.6 anak – anak yang sedang bermain bola
Pada menit 2:19 ada adegan segerombolan anak – anak yang sedang bermain bola dan ada juga salah satu anak yang sedang iseng menyiram air pada teman – temannya yang sedang bermain bola. Pada adegan ini menggunakan tekning framing Long Shot.











Gambar 1. 7 Suasana lingkungan yang digambarkan sangat kering, tumbuhan di sekitarnya mati.
Pada detik 3:32 digambarkan suasana outdoor yang kering kerontang, tanaman terlihat membutuhkan air. Adegan ini diambil dengan menggunakan teknik framing Extreme Long Shot.






Gambar 1.8 Seorang guru yang berdiri di depan kelas.
Pada detik 3:56 Seorang guru menerangkan didepan kelas. Tertera waktu di papan tulis “Selasa 23 Juni 2017”, pada hari itu, anak anak di kelas diperingatkan untuk menghemat air karena pada tahun tersebut air bersih sudah sangat sulit ditemukan. Dalam scene ini menggunakan teknik framing Medium Close Up.







Gambar 1.9 Barisan murid yang mengantri untuk mencuci tangan.
Pada detik 4:30 terlihat deretan murid harus mengantri masuk kamar mandi di sekolahnya, demi mendapatkan air bersih untuk mencuci tangan. Satu per satu mendapatkan sedikit air demi tetap menjaga kebersihan tangan. Dalam adegan ini menggunakan teknik framing Knee Shot.








Gambar 1.10 Seorang anak sedang meratapi tumbuhan yang kekeringan.
Pada detik ke 4:51 terlihat gambar seorang gadis kecil yang memegang tanaman kering. Ia tampak sedih dan meratapinya. Seperti muncul mimik muka menyesal pada raut wajah sang anak. Pada adegan ini menggunakan tekning framing Medium Close Up.








Gambar 1.11 Seorang anak yang berbuat curang dengan mengisi botol minumnya yang telah habis dengan air temannya.
Di detik 5:01 seorang anak mengisi botol minumnya yang sudah kosong dengan air minum milik temannya. Padahal di dalam kelas, setiap anak sudah diberi botol satu satu. Tetapi karna panasnya cuaca mebuat air dalam botol cepat habis. Dan karna langkanya air, seorang anak mengambil air milik temannya. Dalam scene ini menggunakan teknik framing Close Up.







Gambar 1.12 Seorang pria berkulit hitam meratapi air keran yang masih menyala

Menyesalkan perbuatan teman temannya yang lupa diri akan pentingnya air bagi kehidupan. Lupa keadaan saat seluruh manusia nantinya akan benar benar membutuhkan air. Pada adegan ini menggunakan teknik framing Big Close Up.

Kesimpulan:
Film ini lebih banyak menggunakan teknik Close Up, untuk memperjelas ekspresi atau tindakan tokoh, dan juga memperjelas apa yang ingin disampaikan dari film tersebut. Hal itu sangat mendukung film ini agar penonton dapat memahami apa yang ingin disampaikan dari film ini. Sudah sangat jelas bahwa apa yang ingin disampaikan dari film ini adalah ajakan untuk menghemat air, supaya di masa depan, tidak terjadi kekeringan. Walaupun mungkin saat ini dirasa air sangat melimpah, tapi kita tidak akan pernah tahu bahwa di masa depan bisa saja terjadi kekeringan jika kita tidak menghemat air dari sekarang.

ANGGOTA KELOMPOK:
Dwi Elok Yunitasari
Fifi Refa Ayuni
Sabrina Anadya Ibadi
Syifa Shara Salsabila

Tidak ada komentar:

Posting Komentar