Minggu, 17 Desember 2017

Analisis Unsur Naratif dan Sinematografi Film 'Hors de Prix'



A.   Tentang Film
a.     Sinopsis
Jean, pelayan hotel yang menawan jatuh cinta dengan wanita petualang, Irene, yang sangat mencintai gaya hidup bermewahan. Ketika kenyataan terungkap, Irene pergi menjauhi Jean. Si malang Jean pun mengikutinya ke luar kota hingga mengadopsi gaya hidup Irene dengan cara apapun. Sampai pada akhirnya mereka menyadari bahwa cinta tidak diukur dari seberapa kaya pasangan kita.
b.    Sutradara: Pierre Salvadori
c.      Penulis Skenario: : Pierre Salvadori dan Benoit Graffin

B.   Nilai Intrinsik
a.     Tokoh dan penokohan:
1.     Gad Elmaleh sebagai Jean Simon
Sosok pria muda menawan dan pekerja keras yang bekerja menjadi pelayan di sebuat bar hotel.  Sifatnya yang polos, membuat ia mudah jatuh cinta pada gadis yang baru ia lihat di bar di tempat ia bekerja. Demi cintanya, ia rela berkorban melakukan apa saja, meskipun harus menjatuhkan harga dirinya. Sampai pada puncak gengsinya ia harus menutupi kenyataan bahwa ia miskin dan harus berpura-pura kaya.
2.     Audrey Tautou sebagai Irene
Sosok gadis muda yang cantik serta sangat suka kemewahan. Kelihaiannya menjadi wanita penggoda membuat banyak pria mudah mencintainya. Tapi sayangnya, sifatnya yang licik dan gila materi membuat ia gagal berkali-kali dalam kisah cintanya.
3.     Marie-christine Adam sebagai Madelaine
Kekasih sementara Jean yang amat sangat baik serta kaya raya. Ia jatuh cinta pada pria yang usianya jauh dibawahnya, membuat ia rela berkorban demi mendapatkan cintanya. Loyalitasnya membuat Jean betah dengannya. Usianya yang cukup matang membuat ia bijaksana dalam memutuskan pilihan. Saying sekali sifat naifnya hanya dimanfaatkan.
4.     Vernon Dobtcheff sebagai Jacques
Kekasih sementara Irene di Biarritz yang kaya raya. Terlalu bodoh dan tua, ia pun dimanfaatkan oleh sosok Irene.
5.     Jacques Spiessere sebagai Gilles
Kekasih sementara Irene di Cote d’Azur yang sangat baik, penyayang  serta kaya raya.
b.    Tema
Cinta; inti film ini menceritakan bagaimana sebuah cinta hadir, bagaimana seseorang terkhianati oleh cintanya dan bagaimana polos dan bodohnya pria saat jatuh cinta.


Sosok Jean yang sangat cinta buta terhadap Irene merelakan apa saja yang ia punya demi mendapatkan balasan perasaan dari Irene. Uangnya telah habis untuk menuruti apa yang Irene minta. Contohnya pada scene disamping pada detik 42:53, sisa uang Jean yang hanya 10euro ia relakan untuk membayar demi ada waktu bersama Irene.

c.      Alur
Maju: Dalam film ini alurnya sangat terstruktur menceritakan bagaimana awal pertemuan Jean dan Irene di sebuah bar, kemudian apa konflik yang mereka hadapi yaitu ketika Jean jatuh miskin dan Irene tidak mau lagi dengannya, hingga sampai pada klimaks dimana mereka saling berbuat licik dengan pasangannya masing-masing demi mendapatkan kebahagiaan materi. Dan sampai sebuah penyelesaian dimana akhirnya Irene dan Jean sadar, bahwa cinta itu hadir dari hati mereka tanpa syarat apapun meski keduanya tak punya harta sepeserpun.

d.    Latar
1.     Latar Tempat:
-          Sebuah kamar hotel Mewah di Biarritz
-          Sebuah hotel mewah di Cote d’Azur
-          Restoran mahal di wilayah Nice
-          Di taman kota
2.     Latar Waktu
-          Pagi
-          Siang
-          Malam
3.     Latar Suasana
Dalam film ini digambarkan suasana kota Prancis dan Nice pada tahun 2006/2007 dengan gaya hidup modern dan hedonisme.

C.    Nilai Apresiasi
1.      Nila Moral: Pesan yang dapat kita ambil dari film ini adalah, sebesar apapun keinginanmu untuk menjauhi seseorang yang kamu cintai, pada akirnya kamu akan kembali. Seburuk apapun dia, semlarat apapun dia, hatimu akan kembali kepadanya. Jangan menilai seseorang dari materi saja, karena hati baik adalah yang utama dalam hidup.
2.     Nilai Hiburan
Yang menarik dari film ini adalah kisah mereka yang rumit dan asyik. Perilaku Jean yang tidak kaku dan penuh perjuangan membuat penonton ingin terus melihat film ini. Begitu juga sifat licik Irene yang mengesalkan membuat penonton gemas. Bagaimana mereka saling membuat cemburu adalh iburan tersendiri dalam film ini.
Kritik  :
Sebaiknya karakter Jacques lebih diperlihatkan karena Jacques hanya berperan sedikit dalam film tersebut, sehingga penonton sedikit bingung sebenarnya Jacques ini adalah siapa, peranya seperti apa,lalu lebih baik peran pembantu laki-laki yang ada di sebuah restaurant sebaiknya dihapus saja karena akan membuat cerita film ini menjadi bertele-tele. Dan, tempat cerita hanya dominan di dalam hotel saja sehingga penonton merasa bosan dan jenuh.

D.    Mis-en Scene


Pada menit ke 00:03:36, scene ini terjadi pada siang hari yang menunjukkan bahwa pemeran laki – laki yang bernama Jean sedang melakukan pekerjaannya sebagai pelayan hotel dengan menggunakan setelan jas dan sepatu pantofel. Jean berusaha tampil professional dengan melayani customer dengan sangat baik. Dalam adegan ini teknik framing yang digunakan yaitu Long Shot.
Bagi sebagian orang, mungkin melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan oleh tokoh tersebut adalah pekerjaan yang kurang prestisius, karena harus melayani orang lain. Namun, tokoh tersebut menjalaninya dengan santai dan menikmati pekerjaannya tersebut, dan tetap bersikap baik dan ramah kepada pelanggannya.


Gambar 1.2 :

Pada menit 00:25:38 scene ini menunjukkan bahwa pemeran wanita yang bernama Irene kecewa terhadap Jean yang telah membohonginya. Konflik terjadi pada saat mereka berada di dalam kamar hotel dan datanglah segerombolan tamu yang ternyata akan menginap di kamar itu. Scene ini menggunakan teknik framing medium long shot.
Dalam scene ini diceritakan bahwa si laki-laki ingin berpura-pura terlihat kaya di depan sang wanita, hingga ia berbohong dengan mengatakan bahwa salah satu kamar hotel itu adalah kamar yang disewanya, padahal kamar itu adalah kamar kosong yang harusnya ia bersihkan dan ia tata, karena akan ada tamu yang datang. Dan ketika pasangan itu sedang menggunakan kamar itu, tamu yang telah memesan kamar itupun datang. Sontak saja hal tersebut membuat semua orang menjadi bertingkah canggung. Terutama sang wanita yang merasa malu sekaligus marah yang terlihat dari dialog yang ia ucapkan yaitu “Sialan, aku tidak percaya ini.” Wanita tersebut mengatakan kalimat tersebut sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, lalu bangkit, memunguti pakaiannya di lantai, dan memakai pakaiannya lagi.
Dari adegan ini, dapat kita ketahui bahwa seorang laki-laki harus menjadi kaya dan banyak uang jika ingin membuat seorang wanita terkesan. Dan seorang wanita dalam menjalin hubungan juga tidak memandang cinta, namun memandang harta, sebanyak apa harta yang dimiliki seorang laki-laki. Hal tersebut juga sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dimana lebih banyak wanita hanya mengejar harta seorang laki-laki daripada mengejar cintanya, sedangkan laki-laki harus memamerkan hartanya dan harus menjadi kaya jika ingin mendapatkan hati seorang wanita.


Gambar 1.3

Pada menit ke 00:39:28, terdapat adegan dimana sang wanita baru saja pulang setelah berbelanja pakaian menggunakan kartu kredit milik si laki-laki. Pada adegan tersebut, ada saat pengambilan gambar dimana sang wanita membuang label harga dari pakaian-pakaian yang baru saja dibelinya ke tempat sampah. Lalu kamera mengambil gambar label-label harga yang dibuang di tempat sampah tersebut dengan teknik extreme close up, untuk menampilkan dengan jelas harga-harga pakaian yang baru saja dibeli sang wanita menggunakan kartu kredit milik si laki-laki. Hal tersebut bertujuan untuk membuat penonton dapat melihat dengan jelas bahwa harga pakaian yang dibeli sang wanita sangatlah mahal, dan juga yang dibeli tidak hanya satu barang saja, namun cukup banyak barang yang dibeli wanita tersebut. Dari adegan tersebut, penonton dapat menilai bahwa sang wanita sangatlah boros dan memanfaatkan uang milik si laki-laki yang tergila-gila padanya, untuk berbelanja dan foya-foya.

Gambar 1.4

Pada adegan di menit 00:42:53, dapat dilihat bahwa si laki-laki memberikan uang 1 dollar dan meminta kepada sang wanita untuk tetap tinggal selama 10 detik lagi, supaya si laki-laki dapat memandangi sang wanita untuk sesaat. Adegan tersebut diambil dengan menggunakan teknik medium close up, dengan menunjukkan si laki-laki yang menunjukkan uang 1 dollar pada sang wanita.
Pada adegan tersebut terlihat bahwa si laki-laki sangat mencintai sang wanita, tidak peduli berapa banyak uangnya yang telah hilang karena digunakan oleh sang wanita untuk berbelanja dan foya-foya. Laki-laki itu bahkan masih merelakan uang 1 dollar terakhirnya hanya untuk menahan sang wanita untuk tetap tinggal 10 detik saja. Hal tersebut terlihat dari dialog yang diucapkan sang tokoh laki-laki “10 detik lagi” sambil mengacungkan uang 1 dollar tersebut. Dapat kita lihat pula ekspresi si laki-laki yang nampak tulus benar-benar menginginkan sang wanita tetap tinggal.

Gambar 1.5

Pada menit ke 1:19:30 Irene sedang berpamitan dengan Jean bahwa ia akan pergi ke tempat yang jauh. Ketika ia mengatakan “jadi… selamat tinggal” mimik wajah keduanya seakan mereka tidak ingin terpisahkan, Irene dan Jean sempat ingin meneteskan air mata namun mereka tetap ingin terlihat tegar.Di dalam lubuk hati mereka berdua sebenarnya mereka saling mencintai satu sama lain.  Pengambilan gambar yang memperlihatkan mereka berdua dalam posisi berhadapan dapat disimpulkan bahwa mereka sedang bersedih hati.

Gambar 1.6

Pada menit ke 1:28:48 Irene dan Jean sedang melakukan dansa, dari gambar tersebut dalam disimpulkan bahwa mereka berdua mulai suka satu sama lain. Tatapan mata Irene dapat terlihat jelas dia sangat mencintai Jean. Mereka saling mendekatkan diri terutama muka untuk lebih menonjolkan bahwa mereka sangat nyaman sedang berdansa berdua.  Pengambilan gambar dengan memperbesar daerah muka dapat memperjelas bahwa mereka sedang dalam keadaan kasmaran.

Gambar 1.7

Pada menit ke 1:33:55, terdapat adegan Madeleine marah terhadap Jean yang telah menggoda beberapa wanita di sebuah pesta. Jean meminta maaf, tapi ia juga mengatakan bahwa ia sudah tak bisa lagi bersama Madeleine, walaupun Madeleine telah menggunakan hartanya untuk memberikan segala yang dibutuhkan Jean. Namun ternyata bagi Jean, harta tidak membuatnya cinta pada Madeleine. Ia tetap mencintai Irene. Hal itu terlihat dari dialog Madeleine “Sepertinya pria sepertimu tidak bisa dibeli. Bahkan olehku.” Dialog tersebut menunjukkan bahwa Madeleine menyadari bahwa ia tidak bisa ‘membeli’ hati Jean dengan hartanya, walaupun ia orang terkaya sekalipun. Ia tidak bisa mendapatkan hati Jean hanya dengan menyerahkan hartanya. Karena hati Jean sudah tertambat pada Irene, wanita yang dicintainya.
Adegan tersebut terjadi di sebuah pesta, terlihat Jean menggunakan setelan jas yang formal, lalu Madeleine menggunakan gaun, perhiasan, dan make up, menunjukkan bahwa pesta tersebut adalah pesta formal yang mengundang orang-orang kaya. Adegan tersebut diambil dengan menggunakan teknik medium close up dengan fokus utama di kamera adalah Madeleine yang mengatakan dialog pada paragraf sebelumnya sambil menatap Jean dengan tajam. Sedangkan posisi Jean membelakangi kamera, yang terlihat kepalanya sedikit menunduk karena dimarahi oleh Madeleine.

Gambar 1.8

Pada menit ke 1:40:27 akhirnya Irene menemukan cinta sejatinya yaitu Jean. Irene sadar bahwa cinta tak harus dengan materi, dengan Jean yang berkecukupan Irene sudah merasa bahagia. Pengambilan gambar yang memperlihatkan Jean dan Irene sedang menaiki sepeda motor dapat disumpulkan bahwa Irene menerima Jean apa adanya meskipun Jean tidak mempunyai mobil ataupun orang kaya.


Nama anggota kelompok:
Dwi Elok Yunitasari
Fifi Refa Ayuni
Sabrina Anadya Ibadi
Syifa Shara Salsabila

Jumat, 17 November 2017

ANALISIS FILM L’OR BLEU


Titre: L’or Bleu, artinya emas biru. Menurut kami judul ini dipakai karena film ini menceritakan tentang berharganya sebuah air. L’or yang berarti emas. Seperti yang kita tahu, emas adalah sesuatu yang berharga dan dilindungi serta disimpan secara baik baik oleh seluruh umat manusia. Sedangkan Bleu adalah warna yang digambarkan untuk air, dimana dalam judul ini, harapannya orang orang bisa memperlakukan sebuah air seperti sebuah emas.
Scénario écrit par les élèves de CE2 de l’ecole Caroline Aigle de Mondonville.
Réalisation                             : BlueCut Production / Sam Toppan
L’année de production         : Juin 2012
Pemain                                   :
Delphine Soulerot – Guru
Yohan Roualdes - Issa
Huguette Ferial – Murid perempuan 1
Amandine Grosclaude – Murid perempuan 2
Sinopsis                                  :
            Film pendek ini bercerita tentang seorang anak laki-laki yang sedang mengamati orang yang disekelilingnya yang sedang membuang-buang air dengan sia-sia. Lalu anak laki-laki tersebut membayangkan 5 tahun kedepan bagaimana situasi di Prancis jika mengalami kekeringan karena banyak orang yang membuang air dengan percuma. Selain mengamati anak laki-laki tersebut juga membantu menghemat air dengan cara menyumbat saluran air, karena saluran air tersebut menyala terus-menerus.

Analisis Instrinsik
a.     Tema                                       : Lingkungan
Karena film pendek tersebut mencritakan tentang pemborosan air, membuang air dengan sia-sia, dan dapat di prediksikan 5tahun kedepan Prancis akan kekeringan
b.      Alur                                        : Maju dan mundur
Karena menceritakan rangkaian kejadian/peristiwa yang berlangsung secara berurutan dari awal dan kemudian ada saat dimana pemeran utama membayangkan keadaan 5 tahun kedepan lalu rangkaian cerita kembali ke waktu awal tersebut.
c.       Tokoh dan Penokohan         :
 Issa ( pemeran utama )                       : Bijak, baik, penyendiri,dan pendiam
Delphine Soulerot ( guru )                  : Tegas, dan disiplin
 Murid perempuan 1                            : Licik dan nakal
 Murid perempuan 2                            : Pasrah, sabar, tidak pendendam

d.      Latar                                      :
1.      Waktu                              : Pagi dan siang
2.      Tempat                             : Sekolah dan daerah perumahan
3.      Suasana                            : Ramai dan memprihatinkan

Nilai Apresiasi                                   :
a.       Nilai Hiburan
Film ini menarik karena dimana ada suatu kejadian yang membuat penonton tercengang atau kaget yaitu ketika 5 tahun kedepan Prancis akan mengalami kekeringan. Tapi ternyata itu hanya sebuah prediksi dari seorang anak laki-laki.
b.      Nilai Pendidikan/Moral
1.      Jangan membuang-buang air dengan sia-sia / jangan boros air
2.      Gunakan air seperlunya
3.      Jangan mengambil sesuatu yang bukan haknya
c.       Nilai Artistik
Desaign sekolah yang menyediakan permainan-permainan tradisional, seperti: sepak bola, dan lompat tali.
Kritik Film / Penilaian
            Film ini ingin menyampaikan ajakan untuk menghemat air supaya di masa depan tidak terjadi kekeringan karena krisis air. Rangkaian film tersebut ada yang hilang karena tidak dijelaskan bagaimana situasi di desa atau di perumahan ketika terjadi kekeringan, karena di film tersebut hanya menggambarkan terjadinya kekeringan di sekolah saja. Tidak ditampakkan darimana asal air, baik yang untuk diminum maupun yang ada di kran, karena digambarkan di film tersebut, lingkungan sekolah benar-benar kering, sampai tanaman-tanaman benar-benar kering. Unsur-unsur dalam film ini juga saling menyatu, baik unsur instrinsik dan ekstrinsiknya. Film ini sudah cukup menarik dan menghibur, namun sedikit membosankan karena pemeran utama jarangnya ada dialog antar pemain, sehingga penonton harus bisa menyimpulkan sendiri isi dari film tersebut. Nilai pendidikan juga ada karena memang tujuan dari film ini sendiri adalah untuk mengajak para penonton untuk menghemat air. Begitu pula nilai artistiknya juga nampak dalam film ini dengan desain sekolah yang menarik. Dari film tersebut, kita menjadi tersadar untuk menghemat air dan menggunakan air dengan seperlunya, karena bukan tidak mungkin jika di masa depan kita mengalami kekeringan karena krisis air, jika di masa sekarang kita membuang-buang air dengan percuma. Dan dari film ini pula kita dapat mengingat kembali tentang kejadian-kejadian di sekitar, bagaimana orang sering membuang-buang air dengan percuma, bahkan mungkin kita sendiri juga pernah melakukannya tanpa sadar, dan mulai timbul perasaan untuk mengubah sikap-sikap tersebut.




















UNSUR SINEMATOGRAFI



Gambar 1.1. sebuah kran air yang masih menyala tapi tidak gunakan
Pada detik 0:13 digambarkan ada sebuah kran air yang dibiarkan menyala setelah digunakan untuk menyiram tanaman. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan pada pagi hari, namun seharusnya setelah melakukan menyiram tanaman kran air dimatikan. Membiarkannya tetap menyala membuat pemborosan pada air. Teknik framing yang digunakan yaitu teknik Medium Close Up.



Gambar 1.2 seorang anak yang berdiri diatas genangan air
Pada detik 00:26 dimunculkan seorang anak laki – laki yang akan berangkat ke sekolah tetapi ditengah jalan langkahnya terhenti karena dia tidak sengaja menginjak genangan air yang disebabkan oleh air kran yang tidak dipakai tadi. Sepatu hitam yang dikenakannya itu belum sampai basah dan teknik sinematografi yang digunakan pada adegan ini menggunakan teknik Close Up.





Gambar 1.3 seorang anak yang mengikat selang air

Pasa detik 0:52 digambarkan anak laki – laki yang mengenakan pakaian olahraga berwarna putih dan celana pendek berwarna putih yang akan berangkat ke sekolah. Ketika dia melihat air sampai tercecer di jalan raya, tanpa berpikir panjang dia langsung mengeluarkan tali yang ada di dalam tasnya dan mengikat kran air supaya air nya berhenti. Dalam adegan ini menggunakan teknik framing Close Up.







Gambar 1.4 seorang anak yang meninggalkan wastafle dengan kran yang masih menyala
Pada menit 1:58 di tampilkan segerombolan anak perempuan yang sedang berada di kamar mandi, setelah menggunakan wastafle mereka malah meninggalkan air nya tetap menyala. Adegan ini diambil dengan menggunjakan teknik framing Medium Shot.






Gambar 1.5 Segerombolan anak laki – laki yang bermain air pada wastafle
Pada menit 2:04 di tampilkan segorombolan anak laki – laki yang bermain air di wastafle. Hal ini sebaiknya jangan sering dilakukan karena dapat membuat krisis air di kemudian hari. Teknik framing yang digunakan pada scene ini adalah Full Shot.







Gambar 1.6 anak – anak yang sedang bermain bola
Pada menit 2:19 ada adegan segerombolan anak – anak yang sedang bermain bola dan ada juga salah satu anak yang sedang iseng menyiram air pada teman – temannya yang sedang bermain bola. Pada adegan ini menggunakan tekning framing Long Shot.











Gambar 1. 7 Suasana lingkungan yang digambarkan sangat kering, tumbuhan di sekitarnya mati.
Pada detik 3:32 digambarkan suasana outdoor yang kering kerontang, tanaman terlihat membutuhkan air. Adegan ini diambil dengan menggunakan teknik framing Extreme Long Shot.






Gambar 1.8 Seorang guru yang berdiri di depan kelas.
Pada detik 3:56 Seorang guru menerangkan didepan kelas. Tertera waktu di papan tulis “Selasa 23 Juni 2017”, pada hari itu, anak anak di kelas diperingatkan untuk menghemat air karena pada tahun tersebut air bersih sudah sangat sulit ditemukan. Dalam scene ini menggunakan teknik framing Medium Close Up.







Gambar 1.9 Barisan murid yang mengantri untuk mencuci tangan.
Pada detik 4:30 terlihat deretan murid harus mengantri masuk kamar mandi di sekolahnya, demi mendapatkan air bersih untuk mencuci tangan. Satu per satu mendapatkan sedikit air demi tetap menjaga kebersihan tangan. Dalam adegan ini menggunakan teknik framing Knee Shot.








Gambar 1.10 Seorang anak sedang meratapi tumbuhan yang kekeringan.
Pada detik ke 4:51 terlihat gambar seorang gadis kecil yang memegang tanaman kering. Ia tampak sedih dan meratapinya. Seperti muncul mimik muka menyesal pada raut wajah sang anak. Pada adegan ini menggunakan tekning framing Medium Close Up.








Gambar 1.11 Seorang anak yang berbuat curang dengan mengisi botol minumnya yang telah habis dengan air temannya.
Di detik 5:01 seorang anak mengisi botol minumnya yang sudah kosong dengan air minum milik temannya. Padahal di dalam kelas, setiap anak sudah diberi botol satu satu. Tetapi karna panasnya cuaca mebuat air dalam botol cepat habis. Dan karna langkanya air, seorang anak mengambil air milik temannya. Dalam scene ini menggunakan teknik framing Close Up.







Gambar 1.12 Seorang pria berkulit hitam meratapi air keran yang masih menyala

Menyesalkan perbuatan teman temannya yang lupa diri akan pentingnya air bagi kehidupan. Lupa keadaan saat seluruh manusia nantinya akan benar benar membutuhkan air. Pada adegan ini menggunakan teknik framing Big Close Up.

Kesimpulan:
Film ini lebih banyak menggunakan teknik Close Up, untuk memperjelas ekspresi atau tindakan tokoh, dan juga memperjelas apa yang ingin disampaikan dari film tersebut. Hal itu sangat mendukung film ini agar penonton dapat memahami apa yang ingin disampaikan dari film ini. Sudah sangat jelas bahwa apa yang ingin disampaikan dari film ini adalah ajakan untuk menghemat air, supaya di masa depan, tidak terjadi kekeringan. Walaupun mungkin saat ini dirasa air sangat melimpah, tapi kita tidak akan pernah tahu bahwa di masa depan bisa saja terjadi kekeringan jika kita tidak menghemat air dari sekarang.

ANGGOTA KELOMPOK:
Dwi Elok Yunitasari
Fifi Refa Ayuni
Sabrina Anadya Ibadi
Syifa Shara Salsabila